ABSTRAK
Senin
pagi, tanggal 11 Juni 2012, berangkat bersemangat dengan kepala penuh list
pertanyaan yang akan di utarakan demi memuaskan dahaga akan bukti keberhasilan
seorang petani tulen. Konon katanya bukanlah lulusan perguruan tinggi, tapi
mampu menjadi salah seorang yang mampu menjadi icon inspirasi bagi petani tebu
modern, khususnya di daerah Lampung. Rombongan dari wilayah Timur dipimpin oleh
P Yoga, P Suroyo, P Sahran, P Ikhsan dan P Lofi. Berkolaborasi dengan P Saefudin
dari R & D, yang dipandu oleh P Kus dari Divisi Kemitraan, dengan
mempergunakan dua unit kendaraan meluncur menuju Palis yang kemudian berakhir
di Gunung Katun.
Pada dasarnya budidaya tebu
di kebun Pak Basuki mengacu pada standar implementasi di PT. GMP dengan
intensifikasi berupa penambahan pupuk organik berbahan dasar kotoran ayam yang
diaplikasikan pada saat proses LP. Selain itu untuk meningkatkan kualitas
tebangan yang memiliki korelasi dengan kualitas pertumbuhan tunas RC, maka
diberikan insentif khusus kepada tenaga tebang agar kualitas tunggak tebu
tebangan mepet ke tanah.
Beralih ke lokasi kedua, Gunung Katun, tepatnya
didaerah Tulang Bawang Udik. Desa tersebut termasuk didalam wilayah pemekaran
Kabupaten Tulang Bawang, yang penghasilan penduduknya didominasi dari hasil
pertanian dan perkebunan. Banyak inspirasi yang didapat dari seorang Basa
Radin, yang sebelumnya pernah bergelut dengan bisnis bahan baku singkong,
hingga akhirnya beliau memilih untuk fokus kepada pemuliaan budidaya tebu.
Banyak hal yang cukup
kontroversial yang dirangkum dari bahasa lisan Pak Raden, seorang petani tulen
dengan style Low Profile namun tetap visioner. Beliau mulai mempelajari
budidaya tebu pada tahun 2003 di PTPN, setelah dua tahun berjalan kemudian
beralih ke GMP dengan salah satu pertimbangan dekatnya lokasi lahan miliknya
dari pabrik PT. GMP.
Secara umum prinsip
budidaya tebu ala Pak Raden dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Implemplementasi
Minimum Tillage 2. Meminimalisasi Water Loged dan Erosi Top Soil. 3.
Intensifikasi proses tanam tebu 4. Pengaturan jarak tanam tanpa mengurangi
populasi tebu. 5. Kembalikan bahan organik ke dalam tanah. 6. Penambahan
frekwensi pemupukan dengan teknis aplikasi yang mudah dan murah. 7. Penambahan
frekwensi klentek dengan benar-benar memperhatikan kualitasnya sehingga mampu
menekan populasi HPT. 8.Memastikan akar tanaman selalu didalam tanah.
Sungguh
beberapa logika sederhana, yang apabila
dilakukan secara konsisten, terbukti mampu menghasilkan stabilitas produksi
tanpa penekanan terhadap efisiensi biaya budidaya. Selain itu konsistensi
kepada prinsip konservasi yang beliau terapkan dalam budidaya tebu, terbukti
mampu memberikan banyak keuntungan, tidak hanya dari keuntungan budidaya,
tetapi juga kesinambungan pemanfaatan lahan.
AREAL KEMITRAAN PAK BASUKI
Lokasi
Palis
A. KEBUN
TEBU PRODUKSI
Luas Total Kebun
Tebu Produksi 47,36 Hektar
|
Luas areal PC
|
Luas areal PC
|
Vaarietas GP 11 seluas
9,5 Ha
|
Varietas GM 25 seluas 10
Hektar
|
Varietas GM 25 seluas
27,41 Hektar
|
|
|
|
B. LAND
PREPARATION & TANAM
Disc Plough
} 14 hari
Disc Plough
} Traktor tarik 90 HP
Ridger SR
Jarak Tanam 140 cm } 4 hari
Pekerjaan tanam sangat tergantung pada
turunnya hujan,mengingat faktor pendukung untuk melakukan irigasi belum
memadai, sehingga apabila petani mitra menyerahkan tanahnya untuk dimitrakan
pada bulan Juli, umumnya disarankan untuk ditanami dengan tanaman semangka
dulu sampai musim hujan datang.
C. APLIKASI
PEMUPUKAN
Pemupukan
dilakukan mengacu pada standar pemupukan di PT GMP, dengan penambahan pupuk
campuran kotoran ayam dengan merang, yang di aplikasikan merata pada row kairan
saat olah tanah sebanyak ± 100 karung yang ekuivalen dengan ± 1 Ton bio massa,
dengan biaya aplikasi setara dengan 3 HOK per Hektar luas. Pemupukan pada
tanaman RC juga mengacu pada standar pemupukan di PT GMP, yakni dengan dosis
Urea = 300 kg/ha; TSP = 200 kg/ha; dan KCl = 300 kg/ha.
D. PRE
EMERGENCE & PENGENDALIAN GULMA
Pengendalian pra tumbuh baik pada semua
kategori tanaman PC maupun RC, dilakukan dengan menggunakan herbisida Karmex
dengan dosis 2,25 Kg/Ha. Pengendalian Gulma yang dilakukan dengan mempergunakan
kombinasi herbisida D-amyne + Gramaxone dengan dosis standar seperti yang dilakukan oleh PT. GMP.
E. PENYULAMAN
Pekerjaan sulam dilakukan sesaat setelah
turun hujan dengan cara membelah tunggul tebu, kemudian disulamkan pada barisan
tanaman yang kosong (gap > 30 cm ), disertai penambahan ekstra urea.
Pekerjaan ini biasanya dilakukan dengan sistem borongan dengan harga Rp.
120.000,- per hektar, dengan target 3 hari setelah turun hujan harus
terselesaikan.
F. PANEN
Awalnya
proses panen dilakukan dengan sistem tebang tebu hijau. Akan tetapi banyak
hambatan alami yang harus dihadapai sehingga akhirnya di ubah menjadi sistem
tebu bakar. Panen tebu dilakukan dengan armada angkutan Bundle Cane berupa unit
Colt Diesel dengan kapasitas angkut ± 7 ton per rit.
Disisi lain, terdapat insentif khusus yang
diberikan kepada tenaga tebang apabila kualitas tunggak tebu terjaga, atau
dengan kata lain agar kualitas tebangan mempet tanah, yakni sebesar Rp. 1.000,-
per Ton, dengan biaya dibebankan kepada petani mitra.
Pemberian insentif tentunya akan memberikan beberapa keuntungan sbb :
1.
Minimalisasi Biaya Stable
Seiving
2.
Menekan Cane Wastage
3.
Optimalisasi Kuantitas Tebu
Terpanen
4. Pertumbuhan
tunas anakan tebu baru relatif lebih baik
A.
HAMA & PENYAKIT TANAMAN
Performa
tanaman tebu di kebun Basuki tidak istimewa. Populasi dan diameter batang
nampak sama dengan performa tanaman di GMP. Perlakuan budidayanya pun juga sama
dengan yang dilakukan di GMP. Pada saat kunjungan banyak ditemui tebu roboh
seperti yang terjadi di GMP. Varietas yang ditanam di kebun Basuki adalah GP
11, GM 25, GM 19, dan SS 57.
Hasil
sidik cepat pada tanaman umur 7 bulan varietas GM 25 menunjukkan bahwa serangan
penggerek pucuk lebih tinggi dibanding penggerek batang. Serangan penggerek
pucuk berkisar antara 40 – 66% pucuk terserang sedangkan penggerek batang 14 –
15% ruas terserang.
Pada
lokasi ini banyak ditemukan tanaman yang mati disebabkan serangan penggerek
batang di ruas muda. Namun demikian tidak ditemukan gejala dan tanda serangan
kutu perisai.
Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan di GMP, varietas yang ditanam di kebun
Basuki memiliki ketahanan yang berbeda-beda terhadap serangan hama. Ketahanan
varietas terhadap serangan hama dapat dilihat di Tabel 1.
Tabel 1. Ketahanan varietas terhadap serangan hama penting
Vareitas
|
Penggerek
pucuk
|
Penggerek
batang
|
Kutu
Perisai
|
GP
11
|
Agak
rentan
|
Agak
rentan
|
Sedang
|
GM
25
|
Tahan
|
Agak
rentan
|
Sedang
|
GM
19
|
Agak
tahan
|
Agak
rentan
|
Tahan
|
SS
57
|
Agak
tahan
|
Agak
tahan
|
Sedang
|
AREAL
KEMITRAAN PAK RADEN
Lokasi Gunung Katun, Tulang Bawang Udik
A. LAND
PREPARATION
Disc Harrow 28” + Disc Plough + Disc
Harrow 28” + Ridger
Olah Tanah yang dilakukan dengan interval waktu secepat mungkin ( Crash
Program ). Disisi lain untuk menjaga agar kondisi tanah “tidak jenuh”, sebagai
akibat dari pola budidaya tebu monokultur, Pak Raden tidak menerapkan
“pemberoan”, melaikan melakukan rotasi dengan tanaman lainnya seperti singkong
dan jagung, sehingga keuntungan dari pemanfaatan lahan tersebut terus
berkesinambungan.
Selain itu petak tanam juga
dikondisikan dengan luas 50 M x 50 M dengan tujuan untuk mempermudah kontrol
kondisi kebun dan mengurangi efek pemadatan lahan. Hal tersebut cukup logis mengingat
truk angkutan tebu tidak perlu masuk kedalam areal ketika proses muat,
melainkan diparkir diluar areal kemudian tebu diangkut secara manual dari dalam
areal menuju truk angkutan.
Pak
Raden juga melakukan perawatan jalan perimeter dengan perlakuan khusus
menngunakan unit Motor Grader, yakni menurunkan permukaan jalan secara bertahap
antara 30 – 70 cm lebih rendah dari areal tanam. Tujuannya adalah agar ketika
curah hujan tinggi, maka diharapkan air bisa atus dengan baik bukan melalui
jalur alir, melainkan terlebih dahulu melalui peresapan kedalam tanah.
B. IMPLEMENT
KHUSUS
Pembuatan
kairan pada saat LP dilakukan dengan mempergunakan implement khusus hasil
rancangan sendiri, terutama pada setting jarak tanam 240 cm PKP.
Secara umum
implement tersebut dirancang untuk menciptakan lebar kasuran untuk peletakan
bibit selebar 40 cm. kemudian bibit akan
disusun 4 berbanjar sejajar arah row masing-masing berjarak 10 cm satu sama
lain, dengan gap peletakan barisan bibit 15 cm.
14 cm
|
40 cm
|